Sumatera Ekspres, Selasa, 16 Oktober 2012
Genderang Pemilihan Gubernur (Pilgub) sudah ditabuh sejak beberapa bulan
lalu. Kini, peta kekuatan masing-masing kandidat sudah mulai
mengerucut. Setidaknya ada lima hingga delapan nama yang mencuat ke
permukaan. Sebut saja
incumbent
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, Wali Kota Palembang H Eddy Santana
Putra, Bupati OKI H Ishak Mekki, Bupati OKU Timur H Herman Deru, Bupati
Musi Rawas H Ridwan Mukti, dan Wakil Gubernur Sumsel H Eddy Yusuf.
Beberapa lain muncul sebagai calon independen, seperti mantan Pankostrad
TNI yang kini jadi Komisaris PT Pusri, Letjen TNI (purn) Burhanuddin
Amin, dan mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Susno Duadji.
Nama
yang paling intens muncul di media dan diperkirakan memiliki kekuatan
terbesar ada pada Alex Noerdin, Eddy Santana, Ishak Mekki, dan Herman
Deru. Hanya saja belum ada survei yang menyatakan dukungan signifikan
untuk para bakal calon gubernur Sumsel periode 2013-2018 tersebut.
Beberapa pengamat politik yang juga akademisi malah melihat kekuatan
para calon dari apa yang sudah mereka lakukan selama ini ketika menjadi
kepala daerah. Maklum, beberapa nama yang mulai mengisi ruang publik
hampir rata-rata kepala daerah aktif yang juga impinan parpol atau ormas
di Sumsel.
Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya, Dra Diah
Hapsari ENH MSi mengatakan, kekuatan kandidat belum belum bisa
dikatakan signifikan tanpa ada kajian ilmiah melalui survei. "Saya belum
bisa sebutkan siapa yang paling kuat dan siapa yang kurang. Sebab,
semua harus melalui kajian survei," kata Diah kepada
Sumatera Ekspres, kemarin.
Selain
itu, Lanjut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
tersebut, hampir semua kandidat sudah melakukan sosialisasi untuk
merebut hati rakyat. "Kita lihat pendidikan politik di Sumsel sudah
mulai dewasa. Tampak di banner-banner, spanduk, kunjungan di lapangan
dan sosialisasi tampil di media massa," kata Diah.
Pengamat dari
IAIN Raden Fatah, Prof Dr Ris'an Rusli MA mengatakan, kandidat yang
diperkirakan mendapat hati di masyarakat yaitu kandidat yang sudah
melaksanakan amanah dengan baik. "Masyarakat kita sudah pandai menilai
mana calon pemimpin yang baik mana yang hanya kamuflase. Saat ini yang
terpenting jualan program. Jualan agama malah tidak terlalu laku lagi,"
ujar pria yang menjabat Direktur Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang
itu.
Ris'an mengatakan, kandidat perlu menampilkan kesederhanaan
tidak bermewah-mewah. "Coba perhatikan fenomena Jokowi di DKI. Dia
menunjukkan program apa yang akan lakukan ketika dipilih, bagaimana cara
dia memperjuangkan rakyat kecil di bantaran Sungai Ciliwung Jakarta,
dan bagaimana pedagang kaki lima akan dicerahkan nasibnya," ujarnya.
Pengamat
politik Dr Andries Lionardo SIP MSi menilai, kandidat harus memiliki
instrumen atau indikator agar bisa dipilih. Hanya saja, dia yakin
pertarungan Pilgub Sumsel 2013 bakal seru dan panas. Soalnya
masing-masing kandidat mempunyai lumbung massa dan jarinngan yang
hebat-hebat.
Menurut Andries, minimal ada empat hal yang harus diperhatikan masing-masing kandidat.
Pertama,
apa yang telah diperbuat oleh masing-masing kandidat ketika menjadi
kepala daerah. "Kan nama-nama yang muncul sebagai calon gubernur
sekarang rata-rata sedang menjadi kepala daerah. Jadi masyarakat sudah
tahu apa yang mereka lakukan, mengena untuk masyarakat dan yang tidak
mengena untuk masyarakat," ujarnya.
Dia mencontohkan, Eddy
Santana unggul di bidang sektor transportasi dengan adanya TransMusi.
Herman Deru unggul dengan program pertanian. Alex Noerdin unggul dengan
program kesehatan dan pendidikan gratis. "Masyarakat pasti bisa
melakukan evaluasi terhadap kebijakan publik yang dilakukan ole para
kandidat selama menjabat kepala daerah, bupati, atau gubernur," kata
Andries.
Kedua,
dilihat dari dukungan parpol. "Walaupun citra parpol sekarang sedang
diragukan karena ada kesan hanya mencari duit, namun mesin parpol masih
efektif untuk menggerakkan massa . Parpol masih menjadi andalan untuk
membantu mendongkrak simpati masyarakat untuk kandidat," kata dia.
Ketiga,
pendidikan politik bagi rakyat. Pendidikan politik itu dilihat dari
visi misi atau program ke depan. Apa yang akan dijual kepada masyarakat?
Kandidat harus benar-bennar menyampaikan program secara riil, bukan
kamuflase. Sebab, lanjut Andries, rakyat sudah tahu janji kandidat hanya
bualan atau program nyata tulus keluar dari hati. "rakyat kita sudah
pintar." Dia mencontohkan, Alex Noerdin mempunyai peluang karena
incumbent,
dia ketua partai Golkar Sumsel, serta memiliki program kesehatan gratis
dan pendidikan gratis. "Masyarakat sendiri yang bisa mengevaluasi
atasprogram yang yang sudah digulirkan selama ini," kata Dosen FISiP
Unsri itu.
Contoh lain, Eddy Santana. Dia memiliki mempunyai
kelebihan sukses membaawa Kota Palembang makin maju, hanya saja Eddy
kurang populer di pedesaan. "Makanya mesin parpol juga mempengaruhi
untuk Eddy di luar kota," ulasnya. Untuk Herman Deru, kata Andries,
mempunyai keunggulan karena menjadikan kabupateen pemekaran OKU Timur
menjadi salah satu kabupaten lumbung pangan nasional. Hal serupa terjadi
pada Ridwan Mukti, daerahnya berhasil menjadi salah satu penghasil
beras untuk cadangan nasional. Begitu pula Ishak Mekki, dia memiliki
jaringan parpol Demokrat hingga kepelosok desa. "Memang Ishak bellum
dikenal merata di Sumsel, tapi mesin parpol yang harus bergerak,"
ujarnya. Untuk Eddy Yusuf, walau bukan ketua parpol atau ormas di
Sumsel, namun Eddy Yusuf pernah menjadi Bupati di OKU. Eddy juga sedang
menjabat Wakil Gubrnur. Hanya saja program Eddy Yusuf tidak kelihatan
karena dinilai mengekor satu paket dengan program gubernur.
Keempat,
faktor yang mempengaruhi masyarakat ialah calon wakil gubernur, yang
akan menjadi pasangan kandidat gubernur. "Calon wakil gubernur juga
penting. Apakah dia berasal dari parpol, gendernya apa, birokrat,
pengusaha, tokoh agama, politisi, pebisnis sdan sebagainya. Jangan
anggap enteng calon wakil gubernur, karena pasangan bisa mberpengaruh
besar untuk membantu mendulang suara," pungkasnya.
(asm/ce1)
No 1. Ir H Alex Noerdin SH

Kekuatan: - Incumbent Gubernur Sumsel
- Ketua DPD Golkar Sumsel
- Basis massa antara lain di Empat Lawang, Lahat, Muba, Pagaralam, Muara Enim
- Mempunyai program Sekolah Gratis dan Kesehatan Gratis
- Sukses menjadi tuan rumah SEA Games 2011
Kelemahan: - Kalah dalam pemilukada DKI
- Kurang basis massa di Komering
- Belum sampaikan program 2013-2018 (Basemah, Lematang, dan Musi) | No 2. Ir H Eddy Santana Putra MT

Kekuatan: - Wali Kota Palembang
- Ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel
- Basis massa di Palembang, OKI, OI, Banyuasin dan Lematang (Komering dan Musi)
- Sukses dengan Piala Adipura 6 kali berturut-turut
- Terkenal luas di Palembang sebagai basis kekuatan massa
- Sukses dengan program transportasi publik dan perumahan rakyat
Kelemahan: - Kurang terkenal di pedesaan
- Kurang basis di Besemah
- Belum sampaikan program 2013-2018 |
No 3. H Herman Deru SH MH

Kekuatan: - Bupati OKU Timur
- Ketua Ormas Nasdem Sumsel
- Sukses dalam program Lumbung Pangan Nasional
- Mempunyai basis massa di Komering, seperti OKU Timur, OKU, OKU Selatan, OKI
Kelemahan: - Tidak memiliki parpol sendiri
- Kurang basis massa di kota, Musi, Besemah, dan Lematang
- Belum sampaikan program 2013-2018
| No 4. Ir H Ishak Mekki MM

Kekuatan: - Bupati Ogan Komering Ilir
- Mantan anggota DPR RI
- Ketua DPP Partai Demokrat Sumsel
- Sukses dengan program dan kesehatan gratis
- Memiliki basis massa di Komering, OKI dan OI
Kelemahan: Kurang terkenal di pedesaan selain OKI dan OI
- Kurang terkenal di Kota Palembang
- Belum sampaikan program 2013-2018 |
No 5. H Ridwan Mukti SH MH

Kekuatan: - Bupati Musi Rawas
- Mantan anggota DPR RI
- Ketua DPP Partai Golkar
- Mempunyai basis massa di Musi, Mura dan Lubuklinggau - Ketua ICMI Sumsel
Kelemahan: - Kurang terkenal di Kota Palembang
- Belum sampaikan program 2013-2018 | N0 6. H Eddy Yusuf SH MH

Kekuatan: - Wakil Gubernur Sumsel
- Mantan Bupati OKU
- Memiliki basis massa di Komering, OKU dan OKI, Lematang, dan Musi
- Tidak sebagai ketua partai
Kelemahan: - Kurang dikenal programnya, karena terkesan mengikuti program gubernur (satu paket)
- Tidak memiliki basis massa di Besemah
- Belum sampaikan program 2013-2018 |