Rabu, 26 September 2012

PDIP Akui Ditunggangi Prabowo dan Gerindra


foto


TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ahmad Basarah, mengatakan bahwa meningkatnya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai calon presiden dari Partai Gerindra selama ini karena dia mencitrakan dirinya akan didukung PDI Perjuangan.

Karena itu, PDI Perjuangan merasa Gerindra memanfaatkan kontrak politik yang dibuat pada 2009. "Dia mencitrakan seakan PDI Perjuangan akan mendukung dia pada 2014 karena ada kontrak. Padahal, kontrak itu tidak begitu," ujar Basarah di kompleks parlemen Senayan, Rabu 26 September 2012.

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukan bahwa kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama lebih menguntungkan Prabowo Subianto dan Gerindra ketimbang elektabilitas Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri.

Politikus Senior PDI Perjuangan, Taufik Kiemas, yang juga suami Megawati, pun mengatakan dia kapok berkoalisi dengan Gerindra. Menurut dia, semangat untuk tak berkoalisi dengan Gerindra muncul di internal PDI Perjuangan.

Berdasarkan hasil evaluasi PDI Perjuangan, naiknya elektabilitas Prabowo dan Gerindra lebih karena memanfaatkan citra bahwa Prabowo akan diusung oleh PDI Perjuangan pada 2014 berdasarkan kontrak politik yang disepakati pada 2009.

"Padahal dalam kontrak itu dinyatakan bahwa PDI Perjuangan akan mendukung Prabowo kalau pada 2009 pasangan Megawati-Prabowo menang. Tapi, kan, syarat kemenangan di 2009-nya tidak terpenuhi. Otomatis kontrak itu tidak berlaku lagi," katanya.

Selain itu, menurut Basarah, Gerindra melakukan pencitraan bahwa partai mereka identik dengan PDI Perjuangan. "Sehingga terjemahan publik adalah enggak ada bedanya memilih PDI Perjuangan atau Gerindra," kata dia.

PDI Perjuangan memandang koalisi dengan Gerindra tak menguntungkan. PDI Perjuangan akan mengevaluasi seluruh kontrak koalisi dengan partai lain yang tak berdampak positif. "Kami akan mengevaluasi kembali format kerja sama yang tidak menguntungkan bagi kami. Bukan hanya Gerindra," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mengakui bahwa kemenangan Jokowi-Ahok menguntungkan bagi figur Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Namun, bukan berarti dukungan partai kepada Jokowi-Ahok bertujuan untuk mendongkrak popularitas Prabowo.

“Kan, wajar diuntungkan kalau mendukung calon yang membawa perubahan, baik, dan kemudian menang. Tetapi kemenangan tersebut menguntungkan rakyat Jakarta,” kata Fadli Zon saat dihubungi Tempo, Ahad, 23 September 2012.

Fadli menolak jika dukungan terhadap Jokowi-Ahok disebut sebagai percobaan dalam menghadapi pemilihan presiden 2014. “Pemilihan gubernur dan pemilihan presiden itu dua hal yang berbeda, tak bisa disamakan,” katanya.

FEBRIYAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar